Website BAPPEDA Pangandaran Jadi Sasaran Hacker Tiap Hari

Website BAPPEDA Pangandaran Jadi Sasaran Hacker Tiap Hari

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pangandaran mengungkapkan bila website miliknya itu hampir setiap hari diretas. Upaya jahat di dunia siber oleh hacker itu biasanya mengubah tampilan website Bappeda Pangandaran.

Sekretaris BAPPEDA Kabupaten Pangandaran Oki Dariamustari mengatakan, hacker biasanya merubah tampilan isi situs.



"Akibat diretas informasi yang disampaikan pada website tidak bisa terakses publik," kata Oki.

Namun isi naskah yang telah diunggah pada laman BAPPEDA tidak dirubah, tetapi hal ini menjadi kendala untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

"Kami belum bisa menemukan solusi untuk mengatasi serangan hacker yang hampir dilakukan setiap hari," tambahnya.

Alternatif terakhir yang biasa dilakukan oleh BAPPEDA di antaranya mematikan server setiap malam dan membukanya kembali pada pagi hari hingga siang.

"Website kami untuk saat ini baru bisa diakses hanya siang menjelang malam," papar Oki.

Oki menjelaskan, butuh anggaran untuk memperkuat ketahanan situs sebagai solusi memperkuat sistem keamanan.

"Rencananya website BAPPEDA akan terintegrasikan dengan website milik Dinas Kominfo," jelasnya.

Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah serangan yang dilakukan peretas atau hacker.



Pemuda Asal Pasuruan Dapatkan $7500 Setelah Temukan Bug Google

Pemuda Asal Pasuruan Dapatkan $7500 Setelah Temukan Bug Google

Biasa disapa Nosa. Remaja 19 tahun asal Bukir, Kota Pasuruan itu, diganjar $7.500.00 oleh Google, setelah temukan bug. Sang hacker pun bercita-cita ingin menjadi "pengangguran sukses".



BELAJAR di jurusan IPS pada saat SMA, tak menghalanginya mempelajari IT (Information Technology), yang notabene digeluti oleh mereka berlatar ilmu eksak, IPA.

M. Nosa Sandi Prasetyo, namanya.

"Saya biasa dipanggil Nosa," katanya, memulai perbincangan dengan wartabromo.com, Rabu (26/9/2018).

Remaja asal Bukir, Kota Pasuruan ini, kelahiran 30 September, 19 tahun lalu. Nosa yang sedang menikmati masa-masa semester ketiga di bangku kuliah saat ini, ketiban rejeki. Ia mendapat hadiah tak terduga dari Google, raksasa search engine (mesin pencarian) di dunia. Tak tanggung-tanggung, ia mendapat $7.500.00 dari Google.


Ketertarikannya di dunia IT diakuinya sudah sejak belia. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sudah menyukai game, layaknya anak-anak zaman now sih. Ketika di SMP, mulailah remaja ini mengenal dunia software bahkan sempat membuat virus sederhana. Tak berhenti disitu, memasuki dunia SMA, Nosa kian mendalami olah pengaturan komputer, terutama peprograman sehingga dapat membuat instruksi untuk menjalankan dan mengeksekusi suatu perintah.
M. Nosa Sandi Prasetyo.

Eh ladhalah, kala itu ia mulai 'membobol' akun rapor online hingga akun ujian berbasis android. Itu dilakukan setelah sebelumnya, ia ditunjukkan bagaimana menemukan bug selain rentetan pemahaman dalam sebuah program.

Meskipun berhasil meretas akun, tak lantas memanfaatkan untuk kepentingan pribadinya. Nosa justru melaporkan masalah yang ditemukannya kepada developer (pembuat program). Atas laporannya, sang hacker mendapat feedback dari perusahaan.

Setelah lulus SMA, ia sempat ditawari untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN, tapi karena saat SMA belajar di jurusan IPS, maka kesempatannya untuk lolos pun hilang

"IT kan IPA, jadi saya sudah auto gagal," kata Nosa sambil tertawa kecil.

Nosa sempat memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Tapi, dorongan orangtua membuatnya tetap melanjutkan studi dan mengambil jurusan IT di STMIK Yadika Bangil, sesuai passion yang ia miliki.

Mengenal pemrogaman sejak SMA, hingga mencari celah keamanan yang ada di suatu program (bug bounty) kini semakin ditekuninya. Sebagai bug hunter (pencari bug), suatu ketika ia memimpikan dapat menemukan bug di Google. Untuk sekedar diketahui, mesin pencarian terbesar di dunia ini, memang membuka ruang untuk dapat menemukan bug (bug bounty).



Tak hanya berkeinginan, ia merealisasikan dengan melakukan percobaan pertama, pada bulan ketiga tahun 2018.

Modal belajar dari kawan di komunitas dan Internet, aksinya pun mulai dilancarkan. Sempat menemukan bug, namun, laporan yang dikirim ditolak oleh Google. Saat itu, ia masih menggunakan browser "jadul" Internet Explorer (IE) dan Mozilla seri lama.

Lima Bulan berselang, tepatnya 11 Agustus 2018, Nosa melakukan percobaan keduanya dengan metode berbeda dengan sebelumnya. Kali ini dilakukan dengan coba-coba mengutak atik akun google. Selancar dilakukan, masuk di my-akun, Nosa melanjutkan ke sub domain bussiness-google. Dan bug tertangkap!

Pucuk dicinta ulampun tiba. Ia mendapat balasan "Nice catch (tangkapan yang bagus)".

Nosa mengungkapkan, celah yang ia temukan termasuk celah keamanan yang sangat critical, "click hijjacking".

Bak gayung bersambut, "Mbah Gugel" merespon laporannya, hingga kemudian mendapat balasan. Pada hari Selasa, (25/9/2018) subuh, Nosa mendapat email dari Google yang berisi ucapan terima kasih dan reward yang ia terima.

"As Part of Google Vulnerability Reward Program, the panel decided to issue a reward of $7500.00. (Sebagai bagian dari Google Vulnerability Reward Program, kami memutuskan untuk memberikan hadiah $ 7500,00)," penggalan kalimat dalam email yang diterima Nosa dari Google.

Sempat bernadzar untuk memotong rambutnya yang gondrong jikalau mendapat $5.000. ia malah mendapat lebih dari yang diharapkan.

"Saya aja sampai sekarang nggak nyangka bisa dapet uang sebanyak itu," ujarnya.

Di akhir obrolan, ia menuturkan ingin menjadi pengangguran yang sukses. Belakangan diungkapkan, bila remaja dengan postur tubuh tinggi ini, kerap mendapat reward dari sejumlah domain kenamaan. Katanya sih, hasilnya lumayan.

"Meneng-meneng dapet duit," candanya mengakhiri obrolan.


Parah! Hacker Jual Murah Akun Facebook di Situs Dark Web

Parah! Hacker Jual Murah Akun Facebook di Situs Dark Web


Awal pekan lalu terungkap kalau raksasa media sosial, Facebook, melakukan pelanggaran keamanan, dimana ada peretasan data pengguna hampir 50 juta akun.
Dan beberapa jam kemudian, setelah kabar peretasan Facebook itu ramai di internet, tim peneliti kemudian merilis laporan yang mengungkapkan bahwa si peretas ternyata menjual login Facebook di situs Dark web.



Dikutip dari laman Money Guru via The Daily Dot, Rabu (3/10/2018), hacker telah menjual login Facebook tersebut seharga US$ 2,60 atau sekitar Rp 39.100 di situs Dark web.
Kabar tersiarnya jual-beli akun online di situs Dark web ini memang bukan hal baru.
Yang mengherankan, informasi username dan password yang dicuri itu dijual dengan harga yang sangat murah.
Dalam laporan tersebut, tim peneliti menyelidiki informasi username dan password yang diperjual-belikan oleh si pelaku. Di antaranya di situs online black market ternama, yakni Dream Market, Wall StMarket, dan Berlusconi Market.
Money Guru juga menemukan, Facebook bukan satu-satunya platform media sosial atau layanan di internet yang informasi penggunanya tersedia di situs Dark web.
Diketahui, login Reddit dijual seharga US$ 2,09, sedangkan profil Instagram seharga US$ 6,30, dan akun Twitter seharga US$ 3,26.


Sejauh ini, alamat e-mail merupakan informasi paling murah yang dijual oleh penjahat cyber, mulai dari seharga US$ 3,26 hingga US$ 3, semua tergantung alamat Gmail atau Hotmail.
“Penelitian kami tentang data pribadi dan seberapa berharganya itu di pasar gelap sangat mengejutkan untuk diungkap.”, ujar James MacDonald, selaku Kepala Digital Money Guru, sebagaimana dikutip dari Metro.com.
“Ini menunjukkan betapa pentingnya melindungi data Anda jika mungkin untuk menghindari konsekuensi besar di masa mendatang.”, James menambahkan.
Seperti diketahui, sebelumnya Facebook kembali menyatakan bahwa pihaknya telah menemukan pelanggaran keamanan yang mempengaruhi hampir 50 juta akun pengguna.
Isu ini merupakan buntut dari masalah kebocoran data baru, yang membuat kepercayaan pengguna kian menurun terhadap media sosial ini dan juga berdampak pada bisnis perusahaan.

Awas! Hasil Pilpres 2019 "Bakal" Diacak-acak Hacker Internasional

Awas! Hasil Pilpres 2019 "Bakal" Diacak-acak Hacker Internasional



Semua pihak yang berkepentingan dengan Pilpres 2019 harus memperkuat pertahanan sistem IT agar tidak bisa ditembus hacker. Hacker menyerang karena memanfaatkan kelemahan sistem. Sehingga serangam hacker asing bisa saja terjadi. Apalagi di manapun tak ada sistem IT yang sempurna, kelemahan selalu ada


Munculnya informasi ke ruang publik terkait dugaan masuknya hacker asing ke Indonesia harus menjadi peringatan dini bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Karena potensi Indonesia diserang hacker asing sangat terbuka. Apalagi serangan yang mereka sangat berbahaya bagi kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Para hacker itu juga berpotensi menimbulkan kekacauan pelaksanaan Pilpres 2019.

"Peringatan dini ini khususnya bagi pihak-pihak yang mempunyai kewajiban menjaga kedaulatan, keamanan dan ketertiban NKRI agar mencermati isu ini baik dari pihak BIN, BAIS, Mabes Porli, Badan Cyber Nasional atau Lembaga Sandi Negara," kata pengamat intelijen dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya seperti yang dikutip dilaman Harian Terbit, pada Rabu (29/9/2018).

Harits menuturkan, jangan sampai kehidupan sosial politik ekonomi dan keamanan Indonesia diacak-acak melalui serangan kejahatan cyber.Bahkan jika ini terkait dengan Pilpres 2019 maka masing-masing dari tim atau desk cyber dua calon capres-cawapres Jokowi – Ma’ruf Amin dan Prabowo – Sandiaga untuk perlu dan wajib mewaspadai atas serangan kejahatan cyber tersebut.

"Bagi semua elemen yang ingin suksesi 2019 berjalan secara jujur adil transparan serta akuntable dan melahirkan produk kepemimpinan yang kredible maka proses dari awal hingga akhir perlu steril dari kecurangan atau bahkan tindak kejahatan melalui dunia cyber dari pihak siapapun," jelasnya.



Sangat Berbahaya

Terpisah, pengamat politik dari Lembaga Kajian dan Analisa Sosial (LeKAS) Karnali Faisal mengatakan, apapun motifnya, Tim Cyber Mabes Polri harus menyelidiki kebenaran dugaan puluhan hacker asing masuk Indonesia tersebut. Jangan dibiarkan dugaan masuknya hacker asing tersebut menjadi isu liar. Jika benar ada hacker, perlu dilakukan tindakan guna memberikan ketentraman dan kedamaian masyarakat Indonesia.
50 Juta Akun Facebook Dibobol Hacker, Ini Bahaya yang Menghantui

50 Juta Akun Facebook Dibobol Hacker, Ini Bahaya yang Menghantui



Facebook diretas, membuat setidaknya ada 50 juta penggunanya yang berada dalam bahaya. Tanpa ada efek samping pun peretasan semacam itu sudah menjadi hal yang sangat mengerikan.

Namun di balik itu, ada bahaya lain yang mengintip dari peretasan tersebut. Yaitu sistem login Single Sign-On Facebook yang dipakai di banyak situs lain di dunia maya, dari Tinder sampai Expedia.


Mungkin Anda pun salah satu pengguna sistem login tersebut; Anda mendaftar di situs lain, Tinder misalnya, menggunakan login Facebook agar tak perlu mengisi formulir lagi, juga membuat dan mengingat user ID dan password -- karena data yang dipakai bakal diambil dari Facebook.

Sistem semacam ini sebenarnya bukan cuma mempermudah pengguna, karena tak perlu lagi direpotkan oleh mengisi berbagai data pribadi saat mendaftar di suatu situs, melainkan juga mempermudah para pemilik situs karena bisa menciptakan sistem login yang lebih aman, mengandalkan infrastruktur milik Facebook -- yang di atas kertas seharusnya lebih aman.

Sistem login semacam ini sebenarnya bukan cuma diterapkan oleh Facebook, karena Google pun menggunakannya. Namun dalam penerapannya, sistem login milik Facebook ini lebih luas digunakan di berbagai situs.



Masalahnya, saat Facebook diretas seperti saat ini, data-data Single Log On itu pun bisa bocor ke si peretas karena mereka bisa mengakses token atau kunci digital ke akun Face book. Dengan token itu, si peretas bisa mengontrol akun Facebook korbannya secara penuh.

Data-data pengguna yang bisa diakses si peretas pun bisa bermacam-macam. Dari bermacam pesan pribadi di layanan Tinder, sampai informasi paspor yang tersimpan di Expedia.

Dalam pernyataan resminya, Facebook mengklaim kalau hasil investigasi mereka menunjukkan tak ada akses ke aplikasi lain yang dilakukan oleh si peretas.

Facebook sebelumnya sudah me-reset akses token dari 50 juta penggunanya yang menjadi korban peretasan ini, dan 40 juta pengguna lain yang mungkin ikut terkena dampaknya.


Referensi: https://inet.detik.com/
Hacker Ditangkap Setelah Hack Situs Akademi Militer AS

Hacker Ditangkap Setelah Hack Situs Akademi Militer AS




Seorang pria dari California mengaku bersalah meretas situs web militer dan pemerintah dalam kampanye defacement terkait dengan situasi politik Gaza. Billy Ribeiro Anderson, juga dikenal sebagai “Anderson Albuquerque” dan “AlfabetoVirtual,” mengaku bersalah atas dua tindak kejahatan komputer di pengadilan di Distrik Selatan New York.


Menurut jaksa AS, dari 2015 – 2018, pria berusia 41 tahun itu melakukan aksi defacement dengan mengakses secara ilegal lebih dari 11.000 militer AS, pemerintah, dan situs web bisnis. Dengan menggunakan kodenama AlfabetoVirtual, peretas mengganti konten di setiap situs web dengan “coretan”-nya sendiri, termasuk memposting teks “Hacked by AlfabetoVirtual,” “#FREEPALESTINE” dan “#FREEGAZA“. Pesan-pesan ini berhubungan dengan situasi politik antara Palestina, Israel, dan jalur Gaza yang terkepung.
Dalam laporan kejaksaan AS, dua kasus defacing yang menjadi sorotan adalah aksinya saat meretas situs NYC Comptroller di 2015 dan Combating Terrorism Center at West Point di 2016. Berikut tampilan saat situs tersebut diretas:




Mirror:
Dalam kasus pertama, Anderson mengeksploitasi kerentanan dalam plugin pihak ketiga yang digunakan oleh situs web. Pada yang terakhir, peretas dapat mengeksploitasi kerentanan cross-site scripting (XSS) untuk mengkompromikan akun administrator dan memotong kontrol akses.
Penegak hukum mengatakan pada hari Selasa bahwa Anderson tidak hanya bertanggung jawab atas peretasan kedua web tersebut, tetapi ia juga ribuan server web di seluruh dunia. Peretas memasang malware di server-server ini yang diretasnya untuk menjaga aksesnya dan menciptakan backdoor, memberikan dirinya hak administratif dalam sistem.
Anderson dihadapkan hingga 10 tahun penjara atas kejahatannya tersebut. Hukuman sudah dijadwalkan dan dijadwalkan akan berlangsung pada Februari 2019.
Sebagai tambahan, pelaku juga pernah “menyambangi” situs pemerintahan Indonesia antara lain situs pemerintahan Sulawesi Barat, Website pemerintahan Kota Bontang, dan Pengadilan Agama Limboto di tahun 2016.


Referensi: https://news.linuxsec.org/seorang-peretas-ditangkap-setelah-melakukan-defacing-ke-situs-akademi-militer-as/
Situs Bank BRI Diretas, Hacker Tampilkan Foto Tayo

Situs Bank BRI Diretas, Hacker Tampilkan Foto Tayo




Hacker yang mempunyai codename Mr.Tokeichun69 dan SPEEDY-03 kembali unjuk gigi, mereka meretas salah satu subdomain dari Bank BRI yang mempunyai alamat prioritas.bri.co.id.


Tidak ada pesan khusus yang ditinggalkan pelaku atasa kasus peretasan ini, mereka hanya menampilkan foto kartun Tayo dan pesan singkat seperti dibawah ini :
Mr.Tokeichun69 xXx SPEEDY-03

Extreme Crew & Typical Idiot Security

Pelaku memang tidak meretas halaman utama situs yang beralamatkan prioritas.bri.co.id tersebut, mereka meretas pada halaman https://prioritas.bri.co.id/clients/wysiwyg/pentest/, dan sekarang pun situs tersebut sudah diperbaiki dan halaman yang diretas oleh pelaku sudah dihapus oleh admin pengelola website.


Jika kalian penasaran dengan tampilan halaman yang diretas kalian bisa melihat arsip mirrornya di :

Semoga saja kasus peretasan ini tidak mengganggu kinerja dari website/perusahaan tersebut.

Shadow Brokers, Kelompok Hacker Yang Buat Pusing NSA

Shadow Brokers, Kelompok Hacker Yang Buat Pusing NSA


Pada tahun ini agensi milik Amerika Serikat, National Security Agency (NSA) mendapat pukulan berat setelah sejumlah data dan aplikasi penting mereka berhasil dibongkar oleh kelompok hacker bernama Shadow Brokers.


Melalui Shadow Brokers inilah akhirnya kita tahu bahwa NSA sepertinya mempunyai tim hacker yang memiliki sandi 'Equation Group', sebuah tim yang bekerja dibawah NSA melalui unit kerja Tailor Acess Operations (TAO). TAO ini bertugas mengumpulkan berbagai program untuk membongkar dan meretas beberapa sistem keamanan dari perusahaan software ternama.



Sejak akhir 2016 lalu, Shadow Brokers telah berhasil membongkar dan mengungkap salah satu kelemahan dari sistem router Cisco, sebuah server email untuk Windows dan Linux. Lebih parahnya, mereka memberikan celah kelemahan tersebut kepada sang pembuat ransomware 'WannaCry' melalui alat yang di terbitkan hasil yang mereka peroleh dari peretasan NSA tersebut.


Tentu saja, pada awalnya NSA hanya ingin menyimpan semua alat hacking tersebut untuk digunakan tujuan pengawasan pribadinya sendiri. Sekarang, alat exploitasi mereka malah disalahgunakan oleh penjahat cyber.

Mereka masih belum tahu pasti apakah agensinya merupakan korban hacking yang dieksekusi secara pintar dengan terduga pihak Rusia adalah sebagai pelaku yang paling memungkinkan, bisa juga data bocor yang dilakukan oleh orang dalam. Sejauh ini sudah tiga karyawan ditangkap sejak tahun 2015 karena telah mengambil file rahasia, namun mereka khawatir bahwa beberapa bocoran masih akan tetap ada.

Pejabat NSA saat ini mengatakan peretasan yang telah dilakukan oleh Shadow Brokers telah menjadi bencana besar bagi agensi mereka. Dia mempertanyakan mengenai kemampuan NSA untuk melindungi senjata cyber yang sangat berharga bagi keamanan nasional negara Amerika Serikat. Agensi NSA yang sampai sekarang dianggap sebagai pemimpin dunia dalam perihal membobol jaringan komputer musuh dinilai telah gagal dalam upaya melindungi dirinya sendiri.



Ketidakmampuan NSA dalam mengungkap keberadaan kelompok hacker Shadow Brokers ini bahkan dilecehkan oleh mereka beberapa waktu lalu. Mereka bahkan mengejek agensi NSA dan menyindir dengan kalimat "Apakah NSA hanya mengejar bayangan?."

Siapa Shadow Brokers itu ?


Nama Shadow Brokers terinspirasi dari sebuah tokoh game Mass Effect, kelompok hacker ini memilih menggunakan nama tokoh tersebut karena sesuai dengan tujuan mereka. Yaitu akan menjual informasi penting kepada pihak yang bersedia membayar dengan tawaran paling tinggi.

Setelah melakukan peretasan, biasanya mereka akan melakukan pelelangan data yang telah berhasil mereka curi. Sasaran utama kelompok hacker ini adalah NSA. Padahal anggota NSA sendiri rata-rata berisi hacker professional di Amerika Serikat, namun masih saja diretas oleh mereka, bukti kalau Shadow Brokers ini bukan sekedar peretas biasa.

Kita tunggu saja apakah nantinya keberadaan kelompok hacker Shadow Brokers ini akhirnya bisa terungkap atau tidak.

Sumber : https://m.kaskus.co.id/thread/5a0d3967c0d7709b698b457a/shadow-brokers-bikin-pusing-nsa/?ref=htarchive&med=hot_thread

Waspada Metode Phising Terbaru Paling Sulit Dideteksi, Tips dan Trik Cara Mencegahnya

Waspada Metode Phising Terbaru Paling Sulit Dideteksi, Tips dan Trik Cara Mencegahnya

Banyak metode phising yang sulit dideteksi oleh browser terkenal seperti Mozilla, Chrome, Opera, dan lain sebagainya. Metode ini sangat berbahaya dan bisa merugikan siapa saja yang terkena oleh phising ini.


Mungkin bagi yang awam istilah dunia IT pasti bingung apa sih yang dimaksud dengan phising itu? Phising sendiri secara sederhananya adalah teknik hacking yang menggiring korbanya agar memasuki situs palsu yang biasanya situs ini dibuat seolah-olah situs tersebut asli, sehingga korbanya secara tidak sadar memasukan informasi penting ke situs ini, baik itu seperti akun media sosial, sampai dengan yang paling parah memasukan akun yang digunakan untuk transaksi keuangan (kartu kredit atau pembayaran online lainnya), yang kemudian para hacker pengelola situs phising ini bisa mencuri informasi itu.



Nah di browser modern seperti Mozilla, Chrome, Opera, dan lain sebagainya itu ada celah bug yang bisa dimanfaatkan hacker untuk melakukan metode phising ini, yang bahkan sulit untuk dideteksi bahkan terhadap yang sudah berpengalaman, atau oleh ahli IT yang tidak sadar dengan metode ini sekalipun, bahkan antivirus-antivirus canggih pun tidak bisa mengetahuinya. salah satu contohnya bisa kalian coba akses situs ini. https://www.аррӏе.com/

Terlihat seperti situs resmi perusahaan Apple kan alamatnya? Bahkan lengkap dengan sertifikat SSL HTTPS yang biasanya cuman dipakai situs-situs resmi dan memiliki enkripsi. Tapi sayangnya situs itu adalah situs palsu Apple karena situs asli Apple itu sebagai halaman berikut. https://www.apple.com

Bagaimana ini bisa terjadi padahal nama domain situs di Internet tidak bisa digandakan? Jawabanya situs palsu di atas sebenarnya adalah situs yang memakai nama domain tidak standart (Homograph Phishing Attacks) dimana nama asli situs Apple yang palsu di atas aslinya ditulis dalam bahasa Cina, tapi karena pengaturan otomatis di browser Mozilla, Chrome, Opera, dan lain sebagainya, tulisan yang harusnya Cina atau non-standard latin tersebut diubah menjadi latin secara otomatis sehingga hasilnya menjadi situs apple.com juga, walaupun tadi adalah situs yang berbeda.


Bug ini sendiri dinamakan Punycode dan sudah ada sejak tahun 2001 dulu, tapi sampai sekarang masih susah untuk diperbaiki. Tapi untuk pengguna browser Mozilla bisa mengantisipasi serangan phising ini dengan cara berikut.


  1. Buka jendela baru, lalu masukan alamat ini: about:config.
  2. Setelah pengaturan terbuka, pada menu search di bagian paling atas, tuliskan: Punycode.
  3. Nanti Mozilla akan menunjukan satu string baris kode: network.IDN_show_punycode.
  4. Ubah value string tersebut yang awalnya false menjadi true.
  5. Tutup jendela about:config dan kemudian tes ulang masuk kesitus ini lagi: https://www.аррӏе.com/.
Setelah melakukan cara pencegahan diatas, kalian akan melihat situs apple.com palsu diatas akan berubah menjadi invalid.invalid yang merupakan nama asli situs ini sebelum diubah otomatis oleh browser menjadi situs dengan nama latin apple.com.

Nah inilah yang dimaksud dengan serangan hacking phising modern yang saat ini masih menjadi momok di dunia maya karena banyak orang awam bahkan sampai yang mastah sekalipun bisa terjebak situs-situs palsu seperti di atas sehingga memberikan data pentingnya kepada pemilik situs.

Perang Cyber: Perang Modern Yang Tidak Kasat Mata

Perang Cyber: Perang Modern Yang Tidak Kasat Mata

Seperti dalam film Snowden, apa yang ada pada isi dan yang disampaikan pada film tersebut memang nyata dan sangat mengkhawatirkan.


Edward Snowden adalah pembangkang mantan didikan CIA dan Kontraktor NSA (Badan Intelejen Amerika) yang mengungkapkan teknologi mata-mata sangat canggih yang dimiliki negara Amerika.

Teknologi canggih Intelejen Amerika yang diungkapkan Edward Snowden ini sendiri berbasis internet dan komunikasi yang sangat canggih, hal ini tidak pernah terbayangkan orang awam seperti kita di negara Indonesia ini, yang umumnya berpikiran intelejen dan mata-mata kelasnya pasti seperti James Bond, atau intel-intel lokal yang sering kita lihat di dalam film atau kita temukan di kampung-kampung dimana ada orang rambut cepak bergaya militer atau rambut gondrong.



Dunia intelejen modern yang diungkapkan Edward Snowden ini sama sekali tidak seperti itu. Dunia intelejen modern sendiri pasukanya tidak kasat mata. Pasukan tidak kasat mata yang dimaksud Edward Snowden ini berbentuk data digital dan berbagai kode program rumit yang merayapi internet dan komunikasi modern di seluruh dunia, untuk mengumpulkan data.

Dengan pasukan data digital dan program-program rumit ini, pemerintah Amerika terutama CIA dan NSA bisa mengintip dan mengetahui data semua orang di dunia, bahkan seandainya kamu mematikan HP maupun PC kamu, sebenarnya CIA dan NSA masih bisa melihat atau mengintip kamu melalui kamera atau webcam. Bahkan kalau HP dan PC kamu dimasukkan dalam tempat tertutup, mereka masih bisa melihat kamu dengan bantuan kamera pengintai dan CCTV di berbagai tempat sampai kamera-kamera resolusi sangat tinggi di satelit-satelit militer yang melintas di atas kepala kita. Selain itu CIA juga bisa memetakan semua hubungan kerabat maupun teman ente melalui berbagai akun media sosial sampai rekening perbankan atau KTP yang kamu punya, bahkan mereka bisa membaca isi email kita maupun chat pribadi kita baik di Facebook, Twitter, WhatsApp, BBM dan berbagai aplikasi lainnya, intinya tidak ada yang tidak bisa dibuka oleh CIA dan NSA.


Walaupun perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Facebook, Twitter, dan lain-lain berusaha mati-matian untuk memberantas penyusupan CIA dan NSA karena perusahaan-perusahaan besar tersebut berpijak pada hukum dunia maya yaitu kebebasan memperoleh informasi dan berbicara, jadi perusahaan-perusahaan ini berusaha mati-matian agar privasi atau keamanan dan kebebasan pendapat di dunia maya tidak bisa dikekang oleh sebuah negara.



Tapi walaupun perusahaan-perusahaan besar dunia maya berusaha mati-matian untuk melindungi privasi warganet dunia maya, tapi CIA dan NSA tidak kalah canggihnya, mereka melakukan penyadapan dan penyusupan ke jaringan perusahaan tersebut dengan cara ilegal dan menggunakan program canggih seperti PRISM, Heartbreak, dan XKeyscore yang bisa menguping, mengambil gambar, menyadap data, merekam video, bahkan sampai bisa mengetahui posisi kamu dan semua hal ini bisa dilakukan tanpa ada yang menyadarinya.
 Edward Snowden

Bahkan tahun 2013 dulu, terungkap NSA dan CIA mengebor dan mencabang kabel fiber optic bawah laut yang terhubung ke data center Google dan Yahoo dengan memakai kapal selam militer Amerika. Hal ini nantinya membuat Google memecah data centernya di berbagai negara untuk mengurangi kemungkinan penyadapan oleh CIA dan NSA, dan usaha ini masih berlangsung sampai hari ini.



Sebenarnya yang ditakutkan dari penyadapan CIA dan NSA ini adalah program seperti PRISM, Heartbreak, dan XKeyscore dimana program ini bisa mengungkapkan semua jejak digital seseorang bahkan sampai mengetahui posisi tepatnya berada.

Tapi selain untuk tersebut, program penyadapan ini juga digunakan Amerika untuk memeras pemimpin-pemimpin negara lainya untuk mensetujui semua kebijakan Amerika. Bahkan CIA dan NSA mengumpulkan berbagai data kotor para pemimpin dan petinggi negara di seluruh dunia seperti data korupsi, video mesum, gambar telanjang, catatan perselingkuhan, nota suap, data transfer uang haram, dan berbagai hal kotor lainnya, di mana nantinya data-data ini akan digunakan untuk memeras pemimpin negara yang merepotkan Amerika.

Jadi mudahnya, badan intelejen Amerika ini memiliki data kotor seluruh petinggi negara di dunia ini, dan data itu tidak hanya sebatas kepala negara bahkan sampai ke parlemen, menteri, gubernur, maupun petinggi militer pun ada.

Hal ini lah yang menjadi ancaman sebenarnya dari intelejen Amerika yang berusaha mengontrol data digital di dunia ini dan memanfaatkanya untuk kepentingan negara mereka sendiri.